Laman udinoto

Minggu, 04 November 2018

Manajemen Kualitas



I.                  Pengertian Kualitas
Kata ‘kualitas’ memiliki berbagai artian yang berlainan. Goetsch dan Davis (1994) mengemukakan konsep holistik mengenai kualitas sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pengguna produk atau jasa. Menurut Tjiptono dan Diana (1996), ada tiga tahap perkembangan konsep kualitas
1.       Era Craftsmanship
Seorang tukang ahli (Craftsman) dapat diartikan sebagai seorang yang sangat terampil mengerjakan semua tugas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas. Termasuk dalam hal peranan pimpinan, petugas operasional, dan pengendali kualitas. Pendekatan ini mulai ditinggal seiring dengan berkembangnya studi waktu dan perlunya pemisahan antara perencanaan dengan implementasi.
2.       Pendekatan Taylor
Dengan adanya pembagian tugas, manajemen diberi tanggung jawab perencanaan, bagian operasi ditangani oleh tenaga kerja atau buruh, dan untuk menjaga kualitas maka dibentuklah departemen kualitas secara terpisah. Sejalan dengan meningkatnya volume dan kompleksitas operasi, kualitas juga berkembang sebagai isu yang semakin rumit. Pendekatan tradisional yang sarat akan inspeksi tidak lagi memadai. Hasil inspeksi hanya sekadar menyisihkan komponen produk yang cacat sedangkan penyebab produk cacat tetap ada dan biaya akibat produk cacat tetap tinggi. Selain itu, muncul masalah mengenai 3K (komunikasi, koordinasi dan kerjasama). Kenyataan ini mendorong adanya pendekatan kualitas total atau yang lebih dikenal dengan total quality management (TQM).
3.       Total Quality Management (TQM)
Konsep TQM dikemukakan pertama kali oleh Nancy Warren, seorang ilmuwan tingkah laku dari Angkatan Laut Amerika Serikat. Istilah ini mengandung makna every process, every job dan every aspect (Goetsch dan Davis, 1994). TQM didefuniskan sebagai pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimalkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Karakteristik TQM terdiri atas fokus pada pelanggan, berorientasi pada kualitas, menggunakan pendekatan ilmiah, memiliki komitmen jangka panjang, kerjasama tim, menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, menerapkan kebebasan yang terkendali, memiliki kesatuan tujuan, dan melibatkan dan memberdayakan karyawan.

II.               ISO 9000
ISO 9000 adalah sebuah standar dalam manajemen kualitas yang dibentuk berdasarkan konvensi ISO/TC 176 pada 1979. ISO 9000 dibentuk sebagai dasar dari suatu standar dalam manajemen kualitas, yang disusun secara lengkap pada 1982 dan diperkenalkan secara umum pada 1983. ISO 9000 memperkenalkan persyaratan penting yang dibutuhkan perusahaan untuk menjamin konsistensi produksi dan pengiriman yang tepat waktu terhadap barang dan jasa pada pasar.ISO 9000 merupakan standar manajemen mutu dan bukan standar produk, sehingga perusahaan yang mempunyai sertifikat ISO 9000 tidak dapat mengiklankan produknya yang sudah memenuhi standar internasional. ISO 9000 akan diulas dan direvisi setiap 6 tahun. ISO 9000-2000 adalah yang terbaru. Mutu (Kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang memengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Definisi ini menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk. Misalnya dari segi desain, kepuasan diukur dari estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan, keamanan, dan ketepatan waktu.
 Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu organisasi.Untuk mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, manajer proyek harus mengadakan pelatihan manajemen kualitas. Hal-hal yang menyangkut kualitas adalah:
1.       Produk/pelayanan/proses pelaksanaan.
2.       Proses manajemen proyek itu sendiri.

III.            Manajemen Kualitas Proyek
Ada dua model yang sukses diterapkan dalam pelatihan konsultan konstruksi dalam meningkatkan kinerja dari manajemen proyek, yaitu:
a.       Continuous Quality Management Model
Model ini digunakan sebuah perusahaan untuk meningkatkan bisnis mereka. Hal ini merupakan cara hidup dari semua organisasi yang ingin mencapai posisi yang kompetitif dalam arus industralisasi yang cepat. Model ini sering ditemukan di perusahaan yang bersifat customer-driven. Termasuk Levi Strauss, Motorola, dan Xerox. Perusahaan yang sudah memenangkan penghargaan Malcolm Baldrige Award -Penghargaan yang mengakui kualitas manajemen yang patut dicontoh- juga termasuk.
b.      Process Quality Management Model
Model ini digunakan untuk menghubungkan faktor kesuksesan yang kritis dalam proses bisnis. Model ini membangun dasar fondasi untuk meneruskan mengadakan suatu analisis terhadap langkah-langkah dan proses dalam meningkatkan dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
Syarat Penggunaan Dalam Manajemen Kualitas
Ada 3 proses dalam manajemen kualitas proyek, Yaitu:
  1. Inspeksi
Suatu proses mengukur kegiatan proses konstruksi untuk memeriksa apakah standar spesifikasi telah dicapai.
  1. Quality Control
Teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya mencakup monitoriing, menghilangkan masalah yang diketahui, mengurangi penyimpangan, dan usaha-usaha untuk mencapai efektivitas ekonomi.
  1. Quality Assurance
Seluruh tindakan yang sistematis dan terencana yang diperlukan agar terjadi kepastian dan kepercayaan terhadap mutu produk atau jasa yang diberikan. Aktivitasnya mencakup kegiatan proses –baik internal maupun eksternal-, termasuk merumuskan kebutuhan pelanggan
Quality Assurance mengevaluasi biaya dari proyek secara menyeluruh dan teratur untuk menetapkan anggaran yang keluar relevan dan sesuai dengan standar kualitas.

IV.            SIX SIGMA
Six Sigma dapat didefinisikan sebagai strategi perbaikan kinerja bisnis dalam hal peningkatan profitabilitas dengan cara membuang hal-hal yang tidak diperlukan, mereduksi biaya, dan meningkatkan efisiensi maupun efektivitas di berbagai kegiatan operasional yang dapat memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan. Motorola merupakan perusahaan pertama di Amerika yang menerapkan konsep Six Sigma pada tahun 1987. Konsep inilah yang membawa mereka pada perolehan penghargaan Malcolm Baldrige National Award pada tahun 1988.
SIX SIGMA DAN MANAJEMEN
Sig Sigma dalam hal manajemen digunakan sebagai sebuah panduan dasar dan sebuah pendekatan yang dipakai oleh para profesional dalam mengelola proyek-proyek inovasi (Chan and Macbeth, 2001).
SIX SIGMA DAN STATISTIK
Six Sigma dalam bahasa statistik berarti terjadinya 3.4 DPMO (Defects Per Million Opportunities) atau hampir sama sekali tidak terjadi kesalahan dalam menciptakan keluaran dari sebuah proses produksi (selalu memenuhi kebutuhan pelanggan). Sigma sendiri merepresentasikan kisaran variasi (simpangan) dari rata-rata keluaran pada sebuah proses
Kualitas Biaya
Prinsip bahwa mutu harus direncanakan agar tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari dan tidak berdampak buruk terhadap biaya dan reputasi proyek dalam jangka panjang. Proses pelaksanaan yang buruk dan beresiko negatif. Akibatnya, biaya perawatan dan pencegahan akan menjadi mahal. Ini adalah salah satu contoh dari kualitas biaya
Penggunaan Software Dalam Project Quality Management
Dengan majunya perkembangan teknologi informasi, pengerjaan Project Quality Management dapat terbantu dengan adanya software seperti : Primavera, Artemis, maupun Microsoft Project. Dalam mempermudah pengerjaan Project Quality Management akan diperlihatkan contoh-contoh perencanaan dan pelaksanaan proyek.

Sumber:
K.C. Chan, Peter Ong, R, Eko Indrajit. 2004 INTEGRATED PROJECT MANAGEMENT. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Drs. H. A. Hamdan Dimyati M.Si., Kadar Nurjaman S.E. M.M. 2014 MANAJEMEN PROYEK. Bandung : CV Pustaka Setia.
Dana Persada Mulyono, MBA, PMP., Sartika Kurniali, S.Kom. MMSI 2013 SUPER PROJECT MANAGER. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Wysocki, Robert K., Robert Beck,jr, and David B. Crane. 2000. Effective Project Management Second Edition. New York, NY: John Wiley & Sons. (ISBN 0-471-36028-7)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar